Home » » Tanya Jawab Mengenai Kewajiban Murid Untuk Mencari Mursyid Baru dalam Kitab Anwaarul Qudsyiyah

Tanya Jawab Mengenai Kewajiban Murid Untuk Mencari Mursyid Baru dalam Kitab Anwaarul Qudsyiyah

Pertanyaan dari seorang ikhwan:
Di dalam Terjemahan Kitab Anwaarul Qudsyiyah (Terbitan PT.Mudawwamah Warohmah Pondok Pesantren Suryalaya) yang saya baca pada poin 20 hal.18 disebutkan:
"Kewajiban seorang murid mencari syeikh mursyid yang baru jika yang lama sudah meninggal/wafat."
Mohon penjelasannya dan pemaparannya bagaimana kaitannya hal tersebut sehubungan dengan yang ada di beberapa tarekat (termasuk di TQN PP.Suryalaya) yang mana guru mursyidnya wafat namun penerusnya belum ada?

Jawaban:

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi nahmaduhu wanasta’iinahu, wanastagh-firuhu, wanatuubu ilayhi, wana’uudzu Billaahi min shuruuri an-fusinaa, wamin sayyi aati a’maalinaa. May-Yahdillahu fa huwal muhtad, wa may- yudlill falan tajidaa lahu waliyan murshida. Wa ash-hadu an Laa ilaaha ill-Alláh, wahdahuu laa shariika lah, wa ash-hadu anna Muhammadan ‘abduhuu warasuuluh
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk, yang mengucurkan hidayah kepada para hambanya yang dikasihiNya.
Sholawat beserta salam kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad S.A.W, beserta keluarga, ahlul bait, para sahabatnya dan para auliya sepanjang masa.

Pertanyaan akhi sungguh sangat baik. Pertanyaan tersebut banyak yang menjadikannya landasan untuk berpendapat mengenai kemursyidan dalam tarekat. 
Saudaraku,mengenai penentuan pelanjut dari kemursyidan adalah urusan Allah SWT sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al-Kahfi Ayat 17 :
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid.
Membaca kitab-kitab ulama sangat bagus untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan kita khususnya di bidang agama Islam yang dapat meningkatkan ibadah serta menetramkan jiwa.  Termasuk pula kitab-kitab para ulama sufi yang terkenal dengan kebersihan jiwa mereka. Hendaknya pula membaca kita-kitab tersebut secara keseluruhan dalam setiap pokok bahasan serta uraian yang terdapat di dalamnya.  

Di dalam kitab Anwaarul Qudsiyyah yang akhi tanyakan (terletak pada BAB I : Etika Seorang Murid Terhadap Dirinya dan Komentar Para Syeikh Mursyid Tentangnya) sebagai berikut:
20. Mencari syeikh mursyid yang baru jika yang lama sudah meninggal.
-Penjelasan selanjutnya yang juga dari kitab Anwaarul Qudsiyyah  kelanjutan dari poin 20 tersebut adalah: "Jika seorang syeikh mursyid yang membimbing seorang murid meninggal dunia, maka ia wajib mencari penggantinya yang dapat meneruskan bimbingannya  atau yang dapat menambah nilai bimbingan dari mursyid yang pertama. Sebab, tarekat tidak harus tetap dibawah bimbingan seorang syekh mursyid."
Mari kita sama-sama baca lagi dengan seksama uraian di atas di mana dikatakan "meneruskan bimbingan", dalam arti kata pembinaan bagi murid tarekat. Setiap mursyid dalam semua tarekat memiliki otoritas/kewenangan tersendiri, di beberapa tarekat ada yang mursyidnya berperan sendirian dalam pembinaan muridnya dan di tarekat lainnya ada pula mursyid yang mengangkat pembantu-pembantu (wakil-wakilnya) untuk melaksanaan pembinaan. Bahkan di beberapa tarekat di Indonesia sudah lazim tarekat memiliki wadah berupa pondok pesantren sebagai lembaga/organisasi untuk syiar dan pembinaan para murid-muridnya. Jika pembinaan tersebut setelah wafatnya Syeikh mursyid dapat berjalan dengan baik melalui wakil-wakilnya dan organisasi/lembaga(wadah) yang sudah berjalan dengan efektif maka tidak ada keraguan lagi untuk tetap meneruskan tarekat yang ia yakini dan sabar menunggu datangnya petunjuk dan ketentuan ALLAH SWT untuk mursyid penerusnya.
Saran kami sebaiknya akhi baca pula hal.133 di kitab terjemahan yang sama "Anwaarul Qudsiyyah":
"Seorang murid tidak boleh mengubah keyakinannya kepada syeikh mursyidnya".  
Uraian selanjutnya,"Seorang murid yang sejati hendaknya tidak mengubah sedikitpun keyakinannya kepada syeikh mursyidnya.  Hendaklah ia sangat mencintai syeikh mursyidnya, bukan sekedar meyakini saja. Sebab, seorang yang mencintai, pasti tidak akan berubah cintanya, sedangkan seorang yang berkeyakinan mungkin keyakinannya akan berubah jika sifat orang yang ia yakini berubah".

Sebagaimana pula disebutkan dalam kitab AL-Fataawaa al-Hadiitsiyyah, hal 57 disebutkan:
"Setelah menjadi murid yang resmi dari seorang guru (mursyid) yang arif, murid tidak boleh keluar/meninggalkan guru tersebut."

Demikianlah penjelasan kami apa adanya sesuai kemampuan yang Allah SWT. sertakan kepada kami, semoga dapat bermanfaat. Kami mohon maaf jika ada kekurangan dan hal-hal yang kurang berkenan.
Kepada Allah kami mohonkan ampunan dan taufikNYA.
Laa ILaha ILLaLLAH Muhammadarrasulullah



Read more: http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/11/tanya-jawab-mengenai-kewajiban-murid.html#ixzz2l2k2OtDs

0 komentar :

Posting Komentar